Pertemuan dengan Syamsi Tabriz – (Rumi #1)

Sugeng Hariyanto

(Rumi-#1)

Tabriz adalah sebuah kota kuno di Iran bagian utara sekarang. Di situlah Syams hidup. Karena berasal dari daerah Tabriz, maka orang mengenalnya sebagai Syamsi Tabriz, atau Syamsuddin Tabriz. Dan di zaman keemasan Turki, wilayah ini masuk ke dalam kekuasaan Turki.

Di sini dulu berkembang sebuah ‘aliran’ Islam tertentu, yang bercorak sufi begitu. Salah satu guru utama di situ adalah Shaykh Baba Kamal Jundi. Dia memiliki banyak murid, dan salah satu muridnya bernama Syams.

Suatu saat, Syaikh Baba berkata kepada muridnya ini, “bacalah puisi yang sekiranya bisa menggambarkan apa yang ada dalam dadamu.”

Syams muda berkata, “Apa yang kurasa dalam dada, aku tak mampu mengucapkannya dalam kata-kata.”

Sang syaikh memandang muridnya. Pelan dia berkata, “Aku tahu kau memiliki banyak hal di dalam hatimu yang tak dapat kau ungkapkan dengan kata-kata. Kamu akan segera bertemu dengan seseorang yang akan menjadi menjadi lidahmu.”

Syams bermimpi dia bepergian ke beberapa tempat, dan berdasar mimpi itu di memulai perjalanan. Dia mengunjungi damaskus, lalu Allepo (sekarang Syria), kemudian menuju Anatolia (Turki), ke kota Konya, tempat Rumi muda sedang mencapai puncak kemasyhurannya sebagai ulama ahli fiqih.

Dia mengucap salam dan kemudian bertanya kepada Rumi sambil menunjuk buku-buku, “Apa itu?”

Lukisan di dinding makam Rumi, menggambarkan Syamsi tabriz dan Rumi.

Demi melihat penampilan tamunya, Syam, Rumi segera menjawab seakan-akan ingin mengusirnya segera, “Buku-buku ini mengandung hal-hal yang tak akan bisa dimengerti orang buta huruf.”

Hari itu tanggal 29 November 1244. Saat itu Rumi sedang duduk di tepi kolam dengan santri-santrinya dan setumpuk kitab di meja dekatnya duduk. Kitab-kitab itu tulisan tangan Rumi yang berisi ajaran-ajaran ayahnya. Syams tiba-tiba masuk ke tempat itu, sebagai musafir dengan rambut acak-acakan dan pakaian kumuh. Ya, penampilannya sama sekali tidak menarik.

Syams meraih buku-buku itu dan melemparkannya ke kolam.

Rumi kaget dan marah. Namun ditahannya. Dia segera bangkit menuju kolam dan mengulurkan tangan untuk memungut buku-buku itu meraih buku-buku itu. Dia berhasil meraih buku-buku itu dan mengentaskannya dari kolam itu. Tapi …. buku-buku itu kering seakan-akan tak pernah menyentuh air. Dia mendongak dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi?”

Syams menjawab, “Ini adalah sesuatu yang tak akan engkau mengerti.”

Itu saja, lalu Syams bergegas pergi.

Rumi melongo….

Reproduksi gambar dari naskah kuno, terpajang di dinding makam Rumi, menggambarkan pertemuan Sayms dan Rumi pertama kali.

==dan akhir seri #1==

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑