Nasrudin (1): Hukum mencium istri

Ramadhan telah datang. Umat Islam menyambutnya dengan suka cita dan mereka mulai berpuasa. Seperti biasa, di bulan ini banyak kajian yang diadakan untuk mempelajari pokok-pokok ibadah dan muamalah serta masalah lain. Saat shalat subuh, yang biasanya sepi, masjid-masjid penuh jammah. Di masjid itu, setelah shalat subuh, seorang ustadz diminta berceramah. Sebagian besar orang diam, mendengarkan... Continue Reading →

Hilang ingatan

Hari itu Nasrudin duduk-duduk di warung sambil menikmati teh kegemarannya. TIba-tiba tetangganya datang tergopoh-gopoh. "Nasrudin, pulnglah cepat!" "Ada apa?" "Gawat. Istrimu marah seperti orang hilang ingatan. Dia memecahkan segala benda yang ada di rumahmu!' Nasredin tidak bergemin dari duduknya. Sambil menyeruput tehnya dia berkata dengan enteng, "Selama jadi istriku dia tak pernah punya otak untuk... Continue Reading →

Pak Dhe Koco (8): Harap Tenang Ada Ujian

Baru empat hari ini Pak Dhe Koco berdiam di rumahnya. Masih pagi. Jam baru menunjuk pukul 10. Dengan wajah terlihat mendung, Jono datang. Pak Dhe segera membukakan pintu. “Pak Dhe, kok lama sekali perginya,” kata Jon. “Ya, lumayan. Bagaimana anakmu si Bintang Kejora?” “Alhamdulillah, Pak Dhe, Sudah kelas enam sekarang,” jawab Jono sambil memaksakan senyum.... Continue Reading →

Pak Dhe Koco (7): Kejujuran saja tidak cukup

Oleh: Sugeng Hariyanto   Sore itu jam sudah menunjuk kombinasi 4.15. Jon langsung mampir ke rumah Pak Dhe, dan langsung memberi salam bersamaan dengan tangannya membuka pintu. "Ada apa, Jon?" tanya Pak Dhe dari dalam kamar. "Pak Dhe sakit, ya?" tanya Jono sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang tamu. Pak Dhe bangun dari tempat... Continue Reading →

Hari itu hatinya masih galau. Dengan awan tebal masih menggayut di pikirannya, Nasrudin berjalan-jalan sendirian di atas jembatan. Karena kurang hati-hati, dia terpeleset. Untung saja, ada seseorang yang tengah berjalan di dekatnya. Orang itu menyambar tangan Nasrudin sehingga Nasrudin tidak jadi jatuh ke sungai. Nasrudin sangat berterima kasih kepada sang penolong itu. "Terima kasih saudaraku.... Continue Reading →

Pak Dhe (6): Demi Siapa?

Sore itu Pak Dhe bertandang ke rumah Jono. Jono baru datang dari bepergian, dan tampak beberapa bungkusan tergantung di kedua setir sepeda motornya. Di belakang ada Nyonya Jono, dan di tengah ada Kejora, anak keduanya. Begitu sepeda motor berhenti, Kejora sudah melesat menemui teman-temannya. Nyonya Jono turun dan membuka pintu. "Luar biasa, Pak Dhe, luar biasa,"... Continue Reading →

Pak Dhe Koco (5): TV dan Koran Mendidikmu

Sore itu agak mendung. Mendung juga di wajah Jono. Saat Pak Dhe bertanya sebabnya, Jono menjawab, "Anu, Pak Dhe. Mardika." Mardika adalah anak pertama Jono. Sekarang sekolah di SMP Hebat Sekali. "Pak Dhe tahu kan, jiwaku, hidupku, kebahagiaanku adalah Mardika. Hari ini dia kalah, dia kecewa." "Lho, kalah dan kecewa? Ada pertandingan apa?" tanya Pak... Continue Reading →

Pak Dhe Koco (3): Penulis Telah Mati

Jono memiliki seorang kawan. Kawannya sekarang menjadi dosen sastra di sebuah universitas Islam di negara kita. Kawan tersebut mengunjungi Joen tadi malam. Dia banyak cerita tentang dunia barunya yang mengasyikkan. Namun, ternyata Joen malah tidak bisa tidur pulas malam itu. Hatinya diliputi kegamangan. "Jon, ada apa kok tumben kau diam saja. Wajah keruh seperti ada... Continue Reading →

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑